Erlita Permatasari
2Pa07 - 13514631
Kesehatan Mental#
2Pa07 - 13514631
Kesehatan Mental#
Pendahuluan
Sesungguhnya tidaklah mudah merumuskan secara tepat apa yang
dimaksud dengan normal dan abnormal tentang perilaku. (Supratiknya
(1995)) Untuk menentukan model orang yang ideal itu tidak
ada batasan yang tegas antara perilaku normal dan abnormal. Dibutuhkannya
patokan atau ukuran untuk membedakan antara normal dan abnormal itu sendiri.
Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok
tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lain. Akan tetapi apabila satu
tingkah laku itu begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum,
maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal (Kartini Kartono, 2000: 6-7). Jadi normal
itu sendiri menunjuk pada standar, sedangkana abnormal (ab= jauh dari) berarti
jauh dari atau menyimpang dari standar.
Wermer
mengemukakan beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai
Normal atau Abnormal, diantaranya:
1.
Normal = Rata-rata, kebanyakan orang
Merupakan batasan dengan konsep statistic, dimana suatu
tingkah laku dinyatakan normal bila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah
laku kebanyakan orang dalam kelompoknya. Normal disini berarti kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya, dan gambaran kepribadiannya
mendekati gambaran kepribadian masyarakatnya.
Jadi yang harus diperhatikan dalam menggunakan batasan
Normal = arata-rata adalah individu tersebut harus dibandingkan dengan
kelompoknya, bukan dengan non-kelompoknya.
2.
Normal = sesuatu yang ideal
Dalam definisi ini berarti sesuai dengan keadaan yang
didambakan. Tetapi, normal dalam acuan ini jarang tercapai karena sebenarnya
setiap orang pasti mengalami ‘gangguan’, dan tidak ada yang sempurna. Maka
definisi normal ini dihungkan dengan kemampuan orang untuk mencari jalan dalam
mengatasi gangguan tersebut.
Pendekatan ini bersifat humanistic, yaitu melihat satu
persatu kasus , sehingga bisa menggolongkan orang-orang yang abnormal kedalam
gangguan tertentu.
3.
Normal = mampu menyesuaikan diri, mampu
menyelesaikan permasalahan secara efektif , dapat menghargai hubungan antar
manusia, bekerja secara produktif untuk mengisi hidupnya.
Dalam
acuan ini dikatakan abnormal bila keadaan pikiran atau cara bertingkah lakunya
dapat merusak kemampuan seseorang untuk sukses dalam menghadapi tantangan dan
kesempatan dalam hidupnya.
Teori
Definisi
sehat-normal
- Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya
penyakit atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization-WHO).
- Kesehatan mental adalah penyesuaian manusia
terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang
maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi, atau hanya perasaan puas, atau
keluwesan dalam mematuhi berbagai aturan permainan dengan riang hati.
Kesehatan mental mencakup itu semua. Kesehatan mental meliputi kemampuan
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku denan menenggang
perasaan orang lain, dan sikap hidup yang bahagia. Itulah jiwa yang sehat.
(Seorang psikiater, Karl Menninger).
Normal
menurut Stern (1964)
Stern
mengusulkan 4 aspek untuk menilai normal atau tidaknya seseorang, yaitu:
Normal
menurut Ulmann & Krasner (1980)
1.
Kemampuan integrasi
Yaitu fungsi
ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke dalam maupun keluar
diri. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi suatu perilaku atau pemikiran,
makin baik.
2.
Ada tidaknya simtom gangguan
Merupakan pegangan untuk mengevaluasi kesehatan jiwa secara
kualitatif.
3.
Kriteria psikoanalisis
Melihat 2 hal sebagai patokan dari kesehatan jiwa,
yaitu tingkat kesadaran dan jalannya perkembangan psikoseksual. Makin tinggi
tingkat kesadaran seseorang, makin baik atau sehat jiwanya.
4.
Determinan sosiokultural
Pengaruh lingkungan terhadap penilaian
suatu gejala sebagai normal atau tidak.
Tingkah laku manusia tidak
dapat dilihat secara dikotomis sebagai normal atau abnormal, tetapi harus
dilihat sebagai hasil dari keadaan masa lalu dan masa kini, statistik, dan
legal (hukum) tentang abnormalitas.
Normal
menurut Gladstone (1978)
William
Gladstone dalam bukunya “Test Your Own Mental Health” menguraikan
pegangan-pegangan praktis untuk menilai kesehatan mental sendiri. Gladstone
mengusulkan 7 aspek yang merupakan tingkah laku penyesuaian diri (adaptability)
yaitu:
- Ketegangan
- Suasana hati
- Pemikiran
- Kegiatan (aktivitas)
- Organisasi diri
- Hubungan antar manusia
- Keadaan fisik
Masing-masing
aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaian
‘normal’-nya. Gladstone membaginya
kedalam 5 tingkatan, diantaranya:
- Penyesuaian diri yang normal
- Penyesuaian ‘darurat’
- Penyesuaian neurotik (neurotic coping style)
- Kepribadian atau karakter neurotik
- Gangguan berat
Definisi Abnormal
Menurut Singgih Dirgagunarsa (1999: 140)
mendefinisikan psikologi abnormal sebagai lapangan psikologi yang berhubungan
dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi
kejiwaan.
Menurut Kartini Kartono (2000: 25),
psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala
bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
Pada Ensiklopedia Bebas Wikipedia
(2009), pengertian psikologi abnormal dinyatakan “Abnormal psychology
is an academic and applied subfield of psychology involving the scientific
study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psychoses and mental
retardation) or with certain incompletely understood states (as dreams and
hypnosis) in order to understand and change abnormal patterns of functioning”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa Psikologi abnormal adalah salah satu cabang ilmu psikologi (khusus)
dan yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan
mental atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang
mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan
akibat dari gangguan tersebut).
Analisis
Janice berusia 25 tahun, berkulit putih
yang telah dirawat di rumah sakit jiwa karena OCD. OCD nya berupa selalu
membersihkan dan mencuci kamarnya dan hampir segala sesuatu yang berada di
kamarnya. Dia takut bahwa kuman di kamarnya akan membuat sakit dan
akhirnya menyebabkan dia mati. Catatan kasus menunjukkan bahwa bahkan
sebagai seorang anak, Janice prihatin kebersihan, suatu sifat yang dia pikir
telah diperoleh dari ibunya. Adiknya meninggal ketika dia berusia 10 tahun, dan
ia percaya bahwa ia bertanggung jawab atas kematiannya. Rupanya, ia bermain
dengan adiknya dan membiarkan dia memegang adiknya dengan tangan yang kotor
untuk menghentikan tangisannya. bagaimanapun, ia sedang bermain di halaman dan
seharusnya tidak perlu mencuci tangan sebelum dia menyentuh adiknya.
Secara bertahap, ia menjadi terobsesi dengan kuman sebagai pembunuh dan
mulai membersihkan dan mencuci semua yang datang untuk kontak dengannya. Hal ini
berlanjut selama beberapa tahun sampai kecemasannya tentang kuman dan dia
mulai membersihkan dan mencuci secara berkala menjadi kegiatan di
kehidupan sehari-hari. Dia didiagnosis oleh dokter keluarganya mengalami
OCD dan memerlukan pengobatan Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI). Seiring
waktu, frekuensi periode OCD menjadi lebih sering dan sulit baginya untuk
mengontrol dengan obat-obatan. Saat obat-obatan tidak begitu efektif, ia
juga menerima Adjunctive Psychology Therapy. Dia telah dirawat di rumah
sakit jiwa sebanyak empat kali dalam satu tahun terakhir. Setiap kali ia
diobati dengan obat dan CBT untuk distabilkan. Rawat inap saat ini adalah
yang kelima karena dia benar-benar suda lemah kerena OCD-nya, sejauh ini dia
tidak dapat meninggalkan kamarnya selain untuk mengurus kebersihan dirinya
karena dorongan kecemasannya yang tinggi.
Pembahasan:
1. Disfungsi Psikologis
a. Secara
Kognitif: Janice selalu merasa cemasa akan kebersihan dirinya, kakhawatiran
yang belebih terhadap kuman-kuman yang ia rasa dapat membuatnya sakit hingga
mati. Setiap ia melakukan suatu kegiatan, ataupun ia bersentuhan dengan
orang lain, ia selalu membersihkan dirinya dan ia juga selalu membersihkan
kamarnya dan barang-barangnya.
b. Secara
Afektif: Janice selalu merasa bersalah atas kematian adiknya, ia merasa ia
bertanggungjawab atas kematian adiknya tersebut karena ia telah menyentuh
adiknya untuk mengentikannya menangis dengan tangan yang kotor sehingga ia
merasa kuman atau hal-hal yang kotor harus dihindari.
c. Secara
Psikomotor: Janice menghindari aktivitas yang menurutnya akan menyebabkan ia
menjadi kotor yang akhirnya akan mengancam kesehatan dirinya.
2. Distress (impairment) Hendaya:
a. Fisik:
Janice melakukan aktivitas yang lebih banyak dari biasanya yaitu ia sering melakukan
bersih bersih yang akan menyebabkan ia kelelahan dan sakit.
b.
Psikis: Janis merasa cemas saat ia melakukan kegiatan dan aktivitas
sehari-hari, karena ia khawatir akan terkena kuman dan akan membuatnya sakit.
Hal ini membuat suasanya hati dan aktivitas sehari-hari Janice jadi tidak baik.
3. Respon Atipikal
Janice
selalu merasa cemas dengan dirinya sehingga ia selalu membersihkan benda-benda
kepunyaannya, barang-barangnya, termasuk kamarnya sendiri. dan ini membuat
Janice melakukan hal-hal yang dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya, dalam
budaya disekitarnya hal ini adalah tidak wajar karena janis melakukan kegiatan
yang seharusnya tidak dilakukan anak seusianya.
Dari
kasus di atas dapat diketahui bahwa Janice menderita atau mengalami gangguan
obsesif compulsif (sumber: PPDGJ-III) karena Janice merasa sangat khawatir dan
cemas terhadap kebersihan di sekitarnya sehingga ia harus berulang kali
membersihkan kamarnya dan dirinya agar tidak terkena kuman yang ia anggap akan
membuatnya sakit bahkan mati.
Lovitt. Thomas C. Intoduction to Learning Dissability, New Jersey: Prentice Hall.
Mash, Eric J., David A Wolfe. 2005. Abnormal Child Psychology, 3rd ed. California: Thomson Wadworth.
Supratiknya, 1995, Pengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta : Kanisius
Mash, Eric J., David A Wolfe. 2005. Abnormal Child Psychology, 3rd ed. California: Thomson Wadworth.
Supratiknya, 1995, Pengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta : Kanisius
Wardani, Hand Out Psikologi Umum II, Fakultas Mercu Buana Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar