Kamis, 25 Juni 2015

Proses Berpikir dan Berbahasa Pada anak-anak

Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian strukur berfikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu tahap berbeda dari corak pemikirannya pada tahap lain. Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini dibedakan piaget atas 4 tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik , praoperasioanal, operasional kongkret, dan operasional formal. Akan tetapi, piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing – masing tahap. Batasan umur pada masing – masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan Opper ( Mussen, et all, 1969 ). Berikut ini akan diuraikan tahap pemikiran masa bayi, yaitu tahap sensoris – mororik.

a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)

Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.

b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)

Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.

c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)

Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.

d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)

Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.


1. GAMBARAN JEAN PEAGET TENTANG CARA ANAK–ANAK MENYIKAPI INFORMASI DARI LINGKUNGAN MEREKA

a. Teori Peaget Tentang Perkembangan Intelektual.

Teori Piaget ini lahir dari hasil observasi terhadap anaknya, metode penelitiannya sangat berbeda dengan tradisi Behavioris yang masyur di Amerika Setikat. Hasil penelitian Peaget ini berpengaruh pada pandangan Behavioris terhadap perkembangan dan pembelajaran.

b. Perkembangan (Sebuah Defenisi)

Untuk mengilustrasikan konsep perkembangan dapat dilihat dari perubahan–perubahan yang bertahan lama pada seorang pelajar akibat dari kombinasi pembelajaran, pengalaman dan kedewasaan. Perubahan yang terjadi akibat interaksi pembelajaran, kedewasaan dan pengalaman.

c. Kondisi Keseimbangan (The Drive For Equilibrium)

Ide ini lahir dari studi piaget akan kebutuhan seseorang pada keterarahan (piaget,1952,1959). Seorang membutuhkan keterarahan , struktur dan pengetahuan terhadap eksistensi mereka, yang mana oleh Piaget dinamakan kondisi keseimbangan atau a state of balance. Keseimbangan meliputi tes pemahaman seseorang yang berlawanan dengan dunia nyata. Ketika pemahaman seseorang menjelaskan bukti yang mereka teliti mereka mendapatkan keseimbangan. Ketika mereka tidak dapat menjelaskan apa yang mereka ketahui melalui pemahaman dasar mereka, ketidak seimbangan terjadi dan penyelidikan pada pemahaman baru dan bagus dimulai.

d. Organisasi Dan Adaptasi ( Pembentukan Pola)

Organisasi adalah proses pembentukan skema : skema adalah pola – pola mental atau sistem yang menggambarkan cara berpikir seseorang terhadap dunia atau skema adalah sesuatu yang terstruktur dalam pikiran.

Adaptasi adalah proses menyesuaikan skema – skema dari pengalamam antara satu dengan yang lain untuk memelihara keseimbangan. Contoh, jika kita belajar mengendarai mobil dengan transmisi otomatis dan kita membeli satu dengan sebuah tongkat penggeser, kita harus menyesuaikan skema untuk mengakomodasi perseneling dengan sebuah penggeser standar. Adaptasi terdiri dari dua proses timbal – balik , akomodasi dan asimilasi.

Akomodasi adalah sebuah bentuk adaptasi dimana skema yang ada dimodifikasi dalam respon pengalaman baru seperti belajar mengemudi tadi. Asimilasi adalah sebuah bentuk adaptasi pengalaman alamiah dipadukan dalam sebuah skema yang ada. 

Akomodasi dan asimilasi dimaksudkan untuk memelihara keseimbangan disisi lain, jika pengetahuan yang baru hanya diasimilasikan dalam bentuk skema mereka tidak akan berubah dan perkembangan tidak akan terjadi. Proses asimilasi dan akomodasi bersatu untuk memajukan perkembangan kognitif pada anak.

e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut piaget ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan berpikir yaitu:

1) Kedewasaan
Kedewasaan berkenan dengan perubahan biologis pada individu yang diakibatkan oleh interaksi susunan genetik dengan lingkungan.

2) Pengalaman dengan dunia fisik
Anak – anak membentuk skema berdasarkan interaksi dengan lingkungan mereka. Penekanan teori piaget pada pengalaman langsung telah memberikan dasar terhadap aktifitas di sekolah. Latar belakang pengalaman : sebuah sumber keanekaragaman, sebagai contoh sering seorang pengajar berkeinginan mengatahui latar belakang keluarga murid–muridnya untuk diperbandingkan. Fakta menyatakan bahwa pengalaman siswa dalam mengikuti pelajaran beranekaragam hal ini disebabkan latar belakang pengalaman dalam mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan baru. Sebagai akibat perkembangan kognitif makin maju.

3) Pengalaman sosial
Piaget menemukan bahwa pengalaman sosial juga menjadi faktor terpenting dalam perkembangan, tanpa pengalaman sosial seorang tidak akan mengalami perkembangan. Pengalaman seseorang memberi kesempatan tambahan kepada para pelajar untuk mengetahui skema mereka. Sebagaimana dengan pengalaman dalam dunia fisik, pengalaman sosial/interaksi sosial berpengaruh terhadap dunia pendidikan.


g. Teori Piaget (Aplikasi Di Ruangan)

Pengaruh Piaget dalam dunia pendidikan sangan meresap dimana para guru mendapatkan kontribusi sebagaimana layaknya, hampir terlupakan bahwa pada saat tertentu antara guru dan kurikulum memiliki perbedaan. Secara historis, pendidik pada masa dulu memusatkan pada hafalan sebagai latihan untuk mental faculties. Pada masa kini, siswa dimotivasi untuk menghafal aturan-aturan dan prosedurnya, seperti logaritma. Sekarang, para guru menerapkan teori Piaget, pembelajaran dianggap sebagai sebuah aktivitas, proses konstruktif dimana siswa tidak dituntut untuk menghafal per huruf.
Dalam teori Piaget, desain kurikulum berbeda dengan kurikulum masa lalu. Mata pelajaran disajikan sesuai dengan pengalaman-pengalaman kongkrit, dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih abstrak dan ide-ide yang mendetail. Siswa tidal lagi dituntut untuk menghafal mata pelajaran.

h. Teori Piaget (Research Dan Kritik)

Research menunjukkan bahwa pendidik haruslah berhati-hati dalam menerapkan deskripsi Piaget terhadap siswa atau kelas-kelas khusus. Siswa pada tingkat SMP mengalami kesulitan dalam mengisolasi dan mengontrol variabel-variabel juga memecahkan masalah yang berhubungan dengan pikiran formal.
Sebagaimana telah dijelaskan, Piaget berpengaruh besar terhadap perkembangan pengajaran dan kurikulum. Namun penelitian terkini memberikan kritikan terhadap teori ini yaitu sebagai berikut:

1) Research menunjukkan bahwa Piaget kemungkinan membolehkan penaksiran rendah terhadap kemampuan anak-anak muda karena menggunakan direksi yang sangat abstrak dalam studi-studinya.
2) Sejumlah peneliti meragukan validitas ide-ide Piaget tentang tahapan-tahapan perkembangan yang mempengarahui tipe-tipe tugas.
3) Bagi Piaget, perbedaan karakteristik budaya disebabkan oleh pengalaman bahasa dan interaksi antara satu dengan yang lain. Padahal kesemuanya tidaklah menjadikan budaya itu sempurna.


2. PROSES MENGAKSES INFORMASI

a. Pandangan Tentang Proses Pengembangan Informasi
Proses pengembangan informasi timbul dari kebutuhan untuk mendapatkan keterangan yang lebih absah. Pendekatan proses informasi dalam perkembangan dimaksudkan untuk menguji kemampuan anak mengagendakan serta menginfentaris informasi untuk dipikirkan dan dicarikan jalan keluar.

b. Meta-Atensi : Perkembangan Strategi Atensi
Meta-atensi adalah kesadaran dan kontrol untuk atensi. Meta meliputi tindakan mematikan bunyi radio karena mengganggu dalam belajar. Penelitian mengemukakan bahwa anak-anak yang tua berbeda dengan anak-anak yang muda. Ada 3 cara yang mengakibatkan kurangnya perkembangan ini:

Kesadaran akan peranan atensi dalam pembelajaran
Keinginan terhadap stimulus
Beratansi terhadap informasi-informasi penting


 Tahap Awal Perkembangan Bahasa

Salah satu hal yang paling menarik dari perkembangan bahasa adalah interaksi linguistik anak dengan orangtua dan kepatuhan anak pada peraturan tertentu. Walau anak telah mempelajari konsep dan kosakata sejak usia dini, namun mereka huga mempelahari bagaimana bahasa mereka digunakan bersama.
Kebanyakan individu mengembangkan pemahaman mereka dengan baik tentang kosakata dan struktur bahasanya pada masa kanak-kanak. Misalnya, kebanyakan orang dewasa di Amerika telah memiliki kosakata setidaknya lebihkurang 50.000 kata. Para peneliti telah menunjukkan minat pada proses dimana aspek-aspek bahasa ini berkembang. Melalui banyak penelitian ini, kita akan paham tentang pencapaian utama dalam perkembangan bahasa.
Sebagai contoh, dalam penelitian Patricia Kuhl tentang perkembangan bahasa bayi menunjukkan bahwa jauh sebelum bayi mulai belajar untuk mengucapkan kata-kata, bayi dapat melakukan pemilahan sejumlah suara yang dibunyikan dalam proses mencari bunyi yang bermakna. Kuhl berpendapat bahwa dari lahir hingga usia 6 bulan anak-anak merupakan “ahli linguistik universal” yang mampu membedakan setiap bunyi yang membentuk percakapan manusia. Namun, ketika mulai memasuki usia 6 bulan mereka telah mulai menjadi spesialis dalam suara pembicaraan ibu mereka.
Sebelum memulai untuk mengungkapkan kata-kata pertamanya, biasanya bayi akan berceloteh-pengulangan secara terus menerus atas paduan suara dan huruf, seperti babababa atau dadadada-dimulai pada usia 3-6 bulan dan tentunya juga dipengaruhi oleh kesiapan biologis, tidak hanya penguatan atau kemampuan untuk mendengar. Dalam hal ini, berceloteh mungkin member kesempatan pada bayi untuk melatih mereka cara mengucapkan dan juga membantu mereka mengembangkan kemampuan artikulasi suara yang berbeda-beda.
Sebuah tugas penting dalam perkembangan bahasa bayi adalah untuk menyingkirkan kata-kata individual dari aliran suara yang terus mengalir yang membentuk pembicaraan sehari-hari. Namun, untuk melakukannya bayi harus menemukan batasan antarkata, sebuah tugas yang sangat sulit untuk bayu karena orang dewasa tidak membuat jeda antarkata ketika mereka berbicara. Kendati demikian, para peneliti telah menemukan bahwa bayi mulai dapat mendeteksi batasan-batasan kata pada umur 8 bulan.
Kata-kata pertama seorang anak, pertama kali diucapkan pada usia 10-13 bulan dan biasanya kata-kata yang mereka ucapkan hanya seputar yang ada di sekitar mereka; misalnya dapat meliputi nama orang yang penting (papa), mainan (bola), 
minuman (susu), bagian tubuh (mata), dsb.

Ketika anak-anak mencapai usia 2 tahun (24 bulan) bayi biasanya mengucapkan pernyataan yang terdiri atas 2 kata, misalnya minum susu. Mereka juga cepat sekali menangkap pentingnya mengekspresikan konsep dan peran yang dimainkan bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Untuk mengungkap pernyataan 2 kata ini, anak-anak akan menggantungkannya pada sikap gesture (gerakan) tubuh, intonasi, dan konteks. Walaupun kalimat 2 kata ini menghilangkan banyak bagian dari pembicaraan, tetapi mereka mengungkapkan banyak pesan. Ucapan seperti ini disebut sebagai pembicaraan telegrafik karena ketika orang menggunakan telegraf untuk berkomunikasi, mereka menghilangkan sebanyak mungkin kata yang tidak perlu untuk menyampaikan pesan seringkas dan setepat mungkin.


Tabel Perkembangan Bahasa Awal





V. Bahasa dan Berpikir : Hipotesis Whorfian

Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka manusia dapat berpikir mengenai sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).

Hipotesis Whorf lazim disebut teori relativitas bahasa. Edward Sapir (1884-1939) adalah seorang linguis Amerika yang sangat memahami konsep-konsep linguistik Eropa sedangkan Benjamin Lee Whorf (1897-1941) adalah gurunya. Mereka banyak mempelajari bahasa-bahasa orang Indian.
Hipotesis ini sangatlah kontroversial dengan pendapat sebagian ahli. Menurut hipotesis Sapir-Whorf/ teori relativias linguistic menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan si pemakainya. Jadi bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia; oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari pebedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa, manusia tidak memiliki pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran manusia, maka cirri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan budanya penuturnya. Contoh yang paling mendasar adalah kata rice dalam bahasa Inggris, dapat diterjemahkan menjadi tiga kata yang maknanya berbeda dalam bahsa Indonesia yaitu gabah, beras dan nasi. Ini menujukkan bahwa orang Indonesia lebih peduli pada benda ini daripada orang Inggris. .
Bahasa barat (Eropa) memiliki system kala (tenses), maka orang Barat sebagai penutur bahasa memperhatikan dan malah terikat dengan waktu. Mereka melakukan kegiatan selalu terikat dengan waktu. Begitu pun kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan tindak tutur selalu terikat dengan waktu. Pada musim panas pukul 21.00 rembulan masih bersinar terang, tetapi anak-anak mereka (karena sudah menjadi kebiasaan) disuruh tidur karena katanya hari sudah malam. Pukul 01.00 (sesudah pukul 24.00) meskipun masih gelap gulita, bila bertemu mereka sudah akan saling menyapa dengan ucapan “selamat pagi” karena katanya hari sudah pagi. Sebaliknya, bagi orang Indonesia karena dalam bahasanya tidak ada sistem kala, maka menjadi tidak memperhatikan akan waktu. Acara yang sudah terjadwalkan waktunya bisa mundur satu atau beberapa jam kemudian. Itulah sebabnya ungkapan “jam karet” hanya ada di Indonesia.
            Hal ini menyebutkan tingkatan-tingkatan dalam bahasa merupakan hal yang menunjukkan keadaan dan situasi social dalam sebuah masyarakat. Ketika kita menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang berlapis-lapis itu, sadar ataupun tidak memaksa kita untuk memandang orang di hadapan kita dengan kategori tertentu sehingga bahasa daerah dapat dikatakan bersifat feodalistik, tidak egaliter baik dalam penggunaan kata ganti, kata sifat, maupun kata kerja berbeda dengan bahas inggris yang lebih egaliter. Kita menggunakan kata ganti orang pertama I dan kata ganti orang kedua you kepada siapapun, tak peduli apapun jabatan mereka baik dalam situasi formal maupun informal.
Hipotesis Whorf menyatakan perbedaan berfikir disebabkan oleh bahasa ini. Orang Arab melihat realitas secara berbeda dengan orang Jepang, sebab bahasa Arab tidak sesama bahasa Jepang. Whorf menegaskan realitas itu tidaklah terpampang begitu saja di depan kita lalu, lalu kita memberinya nama satu per satu. Yang terjadi sebenarnya menurut Whorf, adalah sebaliknya bahwa kita membuat peta realitas tersebut, yang dilakukan atas dasar bahasa yang kita pakai, bukan atas dasar realitas itu. Umpamanya jenis warna di seluruh dunia ini sama, tetapi mengapa setiap bangsa yang berbeda bahasanya, melihatnya sebagai sesuatu yang berbeda. Orang Inggris mengenal warna dasar white, red, green, yellow, blue, brown, purple, pink, orange, grey. Penutur bahasa Hunanco di Filipina hanya mengenal 4 warna saja yaitu mabiru (hitam dan warna gelap), melangit (putih dan warna cerah), meramar (kelompok warna merah), malatuy (kuning, hijau muda, dan coklat muda).

Dalam penjelasan diatas secara implisit teori ini menyatakan bahwa: 
1.Tanpa bahasa kita tidak dapat berfikir.
2.Bahasa mempengaruhi persepsi.
3.Bahasa mempengaruhi pola berfikir.
Teori relativitas linguistic tidak hanya terikat dalam aspek linguistik akan tetapi mencakup ranah sosiologi, psikologi dan antropologi. 

Contoh kasus keterlambatan pemerolehan bahasa terjadi pada Chelsea yang mulai memperoleh bahasa saat berusia 31 tahun. Bermula dari
kecerobohan diagnosis dokter yang menyebutkan bahwa Chelsea mengalami keterlambatan mental, dia tidak pernah dilibatkan dalam kontak sosial yang memungkinkan pemerolehan bahasanya. Setelah beranjak dewasa baru diketahui bahwa Chelsea menderita tuli yang
sebetulnya bisa diatasi dengan diajari bahasa isyarat. Setelah dipasang alat bantu dengar, ternyata Chelsea bisa berbicara dan menirukan ucapan orang lain. Waktu yang dibutuhkan Chelsea lebih lama dibandingkan
waktu pemerolehan bahasa anak pada masa emas. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa anak yang diajarkan menggunakan bahasa isyarat pada usia 0-6 tahun lebih baik dalam pemahaman dan produksi kata daripada yang belajar pada usia 12 tahun ke atas. Kesimpulannya, di atas masa emas otak manusia tidak bisa secara maksimal memperoleh kemampuan sintaktik dan morfologis. Dus, adalah benar bahwa ada ungkapan mengajari (bahasa, membaca, mengaji, dll.) anak kecil adalah bagaikan menulis di atas batu dan mengajari orang tua bagaikan menulis di atas air.


http://www.academia.edu/4633532/PROSES_PEMEROLEHAN_BAHASA
http://11018rika.blogspot.com/2012/04/teori-kognisi-dan-bahasa.html
http://okykidamori.blogspot.com/2013/05/pengertian-perkembangan-kognitif.html
http://arwiyana.blogspot.com/2011/03/bagaimana-perkembangan-proses-berpikir.html
http://www.kompasiana.com/arif_tirtana.athier/perkembangan-kognitif-dan-bahasa-pada-anak-anak_552a63ccf17e615205d623ec


1 komentar: